Laman

Friday, 23 September 2011

Laporan Kimia Mengukur pH


Laporan Kimia

Mengukur pH




 




Nama               :   Ajeng Rizki R
No.Absen        :   03
Kelas               :   XI IPA 2



SMA I KEDUNGWUNI
Tahun Pelajaran 2010/2011



KATA PENGANTAR


            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kimia ini. Serta saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Rosikin S.pd selaku guru mata pelajaran Kimia tanpa beliau kami tidak akan pernah membuat laporan ini.
            Laporan Kimia ini kami buat guna memenuhi tugas Kimia.
            Laporan ini belum mencapai sempurna banyak kekurangan di dalamnya oleh karena itu saran, kritik, komentar, dan perbaikan saya terima dengan tangan terbuka guna menyempurnakan laporan ini. Karena kami manusia biasa yang tak luput dari kesalahan  , kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sekian dan terima kasih







Kedungwuni   ,07 Februari 2011

                                                                                                                                                                                                                                    Penulis


                       








BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan senyawa penting yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari , seperti dalam tubuh makhluk hidup, makanan, serta obat-obatan, produk rumah tangga, pertanian, maupun banhan baku industri.
Dalam berbagai hal Asam dan Basa memiliki perbedaan fungsi serta perbedaan manfaat. Namun kemiripan berbagai senyawa asam dan basa tekait dengan adanya ion H+  dan OH- . Dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi apakah suatu larutan termasuk asam ataukah basa. Cara yang aman adalah deangan menggunakan zat kimia yang memiliki warna berbeda dalam larutan bersifat asam dan basa yang disebut dengan indicator asam basa.



B.   Tujuan
             
v  Untuk mengetahui zat tersebut asam ataukah basa
v  Untuk dapat mengukur tingkat Ph suatu larutan
v Mengidentifikasi perubahan warna yang terjadi dengan indicator tertentu
v Menghitung Ph suatu larutan

                 

C.   Landasan Teori
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaannya yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
                       


Identifikasi larutan dengan larutan indikator
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa.
Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel warna larutan berikut ini.
Warna Larutan Indikator pada Lingkungan Asam, Basa, dan Netral :
1.      Fenolftalein
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning

2) Identifikasi larutan dengan kertas lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
- kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru)
- kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak berubah (tetap merah) (Johari, J, M, C, dan Rachmawati, M, 2004:162).

3) Identifikasi larutan dengan bahan alami
Bahan-bahan yang dapat dijadikan untuk mengidentifikasi sifat keasaman atau kebasaan suatu zat dinamakan indikator. Bahan-bahan indikator biasanya akan berubah warna ketika berada pada larutan tertentu. Ada banyak bahan di sekitar kita yang dapat berfungsi sebagai indikator, misalnya kulit buah manggis. Kulit buah manggis yang berwarna ungu akan berubah menjadi cokelat kemerahan jika berada dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, ekstrak kulit buah manggis akan berubah menjadi warna biru kehitaman. Ekstrak kembang sepatu yang berwarna merah jika ditambahkan ke larutan asam akan tetap merah. Jika ditambahkan ke larutan basa akan berubah warna menjadi kuning kehijauan (Sumarwan, dkk, 2007:67).


REFERENSI
Johari, J, M, C dan Rachmawati. (2004). Kimia SMA untuk kelas XI. Jakarta : Erlangga
Oxtobi, D. R. (1998). Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R. H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar (Prinsip dan terapan Modern Edisi keempat jilid 2). Jakarta : Erlangga.
Syukri. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Metode
Mengamati Trayek Perubahan Warna Indikator

1)      Sediakan tiga Indikator berikut : metal merah, fenoltalein, metal jingga dan BTB
2)      Siapkan larutan :
Air Ledeng
Air Sumur
Air Kapur
Air cuka
Larutan A
Larutan B
Larutan C
Larutan D
3)      Siapkan 4 set tabung reaksi, masing – masing 7 tabung reaksi
4)      Guru aklian akan menyiapkan 7 larutan deangan Ph yang berbeda. Ambil set pertama tabung reaksi. Masukkan 2 Ml larutan dengan Ph berbeda ke dalam 7n tabung reaksinya. Tambahkan 3 tetes metal merah, metal jingga, PP dan BTB.
5)      Pikirkan perubahan warna yang terjadi
6)      Ulangi kegiatan yang sama , kemudian catat hasilnya





B.   Hasil Pengamatan
                            

No

Larutan
Indikator
PP
Metil Jingga
BTB
Metil merah
1
2
3
4
5
6
7
8
Air ledeng
Air kapur
Air sumur
Air cuka
Larutan A
Larutan B
Larutan C
Larutan D
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ungu
Ungu
Tidak berwarna
Biru


Jingga
Jingga
Jingga
Merah
Kuning
Jingga
Merah
merah
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru


Kuning
Kuning
Kuning
Merah
Kuning
Hiaju
Merah jambu
Erah jambu









BAB III
PENUTUP

              A. Kesimpulan
1.     Air Ledeng : 5.8 <= Ph <=8.2
2.     Air Kapur :  5.8 <= Ph <=8.2
3.     Air sumur : 5.8 <= Ph <=8.2
4.     Air Cuka : 7.6 <= Ph <= 3.2
5.     Larutan A : Ph < 4.4
6.     Larutan B : Ph <4.4
7.     Larutan C : Ph 3.2 <= Ph<=5.8
8.     Larutan D : Ph >10

1 comment:

  1. kak, makasi buat refrensi laporannya . aku seklah di smandung kak . aku sering ngambil refrensi dari kakak. thanks kak :) salam kenal juga

    ReplyDelete