Laporan Kimia
Mengukur pH
Nama : Ajeng Rizki R
No.Absen : 03
Kelas : XI IPA 2
SMA I
KEDUNGWUNI
Tahun
Pelajaran 2010/2011
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Kimia ini. Serta saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
Rosikin S.pd selaku guru mata pelajaran Kimia tanpa beliau kami tidak akan
pernah membuat laporan ini.
Laporan
Kimia ini kami buat guna memenuhi tugas Kimia.
Laporan
ini belum mencapai sempurna banyak kekurangan di dalamnya oleh karena itu
saran, kritik, komentar, dan perbaikan saya terima dengan tangan terbuka guna
menyempurnakan laporan ini. Karena kami manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan , kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Sekian dan terima kasih
Kedungwuni ,07
Februari 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan senyawa penting
yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari , seperti dalam tubuh makhluk
hidup, makanan, serta obat-obatan, produk rumah tangga, pertanian, maupun
banhan baku
industri.
Dalam berbagai hal Asam dan Basa
memiliki perbedaan fungsi serta perbedaan manfaat. Namun kemiripan berbagai
senyawa asam dan basa tekait dengan adanya ion H+ dan OH-
. Dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi apakah suatu larutan
termasuk asam ataukah basa. Cara yang aman adalah deangan menggunakan zat kimia
yang memiliki warna berbeda dalam larutan bersifat asam dan basa yang disebut
dengan indicator asam basa.
B.
Tujuan
v Untuk mengetahui zat tersebut asam ataukah basa
v Untuk dapat mengukur tingkat
Ph suatu larutan
v Mengidentifikasi perubahan warna yang terjadi dengan indicator
tertentu
v Menghitung Ph suatu larutan
C.
Landasan Teori
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaannya yang
dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak
dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun
1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada
"pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan
sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
Air murni
bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0.
Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan
larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau
industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi.
Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun
dalam frekuensi yang lebih rendah.
Identifikasi larutan dengan larutan indikator
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa
larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan
yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan
kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang
dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat
identifikasi larutan asam dan basa.
Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
Larutan metil merah dapat
membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang
ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral
berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa
berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa
atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan tabel warna larutan berikut ini.
Warna Larutan Indikator pada Lingkungan Asam, Basa, dan Netral :
Warna Larutan Indikator pada Lingkungan Asam, Basa, dan Netral :
1.
Fenolftalein
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning
2) Identifikasi
larutan dengan kertas lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga
diidentifikasi menggunakan kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
- kertas lakmus warna biru. Di
dalam larutan asam, warna kertas berubah menjadi merah, sedangkan di dalam
larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru)
- kertas lakmus warna merah.
Di dalam larutan basa, warna kertas berubah menjadi biru, sedangkan di dalam
larutan netral atau asam, warna kertas tidak berubah (tetap merah) (Johari, J,
M, C, dan Rachmawati, M, 2004:162).
3) Identifikasi larutan dengan bahan alami
Bahan-bahan yang dapat
dijadikan untuk mengidentifikasi sifat keasaman atau kebasaan suatu zat
dinamakan indikator. Bahan-bahan
indikator biasanya akan berubah warna ketika berada pada larutan tertentu. Ada
banyak bahan di sekitar kita yang dapat berfungsi sebagai indikator, misalnya
kulit buah manggis. Kulit buah manggis yang berwarna ungu akan berubah menjadi
cokelat kemerahan jika berada dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa,
ekstrak kulit buah manggis akan berubah menjadi warna biru kehitaman. Ekstrak
kembang sepatu yang berwarna merah jika ditambahkan ke larutan asam akan tetap
merah. Jika ditambahkan ke larutan basa akan berubah warna menjadi kuning
kehijauan (Sumarwan, dkk, 2007:67).
REFERENSI
Johari, J, M, C dan Rachmawati. (2004). Kimia SMA untuk kelas XI. Jakarta : Erlangga
Oxtobi, D. R. (1998).
Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R. H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar (Prinsip dan terapan
Modern Edisi keempat jilid 2). Jakarta : Erlangga.
Syukri. (1999). Kimia Dasar 2.
Bandung : ITB.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Mengamati Trayek Perubahan Warna
Indikator
1)
Sediakan tiga Indikator berikut
: metal merah, fenoltalein, metal jingga dan BTB
2)
Siapkan larutan :
Air Ledeng
Air Sumur
Air Kapur
Air cuka
Larutan A
Larutan B
Larutan C
Larutan D
3)
Siapkan 4 set tabung reaksi,
masing – masing 7 tabung reaksi
4)
Guru aklian akan menyiapkan 7
larutan deangan Ph yang berbeda. Ambil set pertama tabung reaksi. Masukkan 2 Ml
larutan dengan Ph berbeda ke dalam 7n tabung reaksinya. Tambahkan 3 tetes metal
merah, metal jingga, PP dan BTB.
5)
Pikirkan perubahan warna yang
terjadi
6) Ulangi kegiatan yang sama , kemudian catat
hasilnya
B.
Hasil Pengamatan
No
|
Larutan
|
Indikator
|
|||
PP
|
Metil Jingga
|
BTB
|
Metil merah
|
||
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Air ledeng
Air kapur
Air sumur
Air cuka
Larutan A
Larutan B
Larutan C
Larutan D
|
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Ungu
Ungu
Tidak berwarna
Biru
|
Jingga
Jingga
Jingga
Merah
Kuning
Jingga
Merah
merah
|
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
|
Kuning
Kuning
Kuning
Merah
Kuning
Hiaju
Merah jambu
Erah jambu
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Air Ledeng : 5.8 <= Ph
<=8.2
2.
Air Kapur : 5.8 <= Ph <=8.2
3.
Air sumur : 5.8 <= Ph
<=8.2
4.
Air Cuka : 7.6 <= Ph
<= 3.2
5.
Larutan A : Ph < 4.4
6.
Larutan B : Ph <4.4
7.
Larutan C : Ph 3.2 <=
Ph<=5.8
8.
Larutan D : Ph >10
kak, makasi buat refrensi laporannya . aku seklah di smandung kak . aku sering ngambil refrensi dari kakak. thanks kak :) salam kenal juga
ReplyDelete