Laman

Saturday, 26 April 2014

Komunikasi Ekstern MANAJEMEN SEKOLAH

2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan komunikasi sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa baik secara individual maupun lembaga. (Sutomo dkk, 2006). Menurut Mulyasa (2002) komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan dari lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
Komunikasi ekstern ini, meliputi hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan orang tua siswa, baik secara individual maupun lembaga.
a.      Hubungan Sekolah dengan Orang Tua Siswa
Hubungan sekolah dengan orang tua dapat dijalin melalui berbagai cara,
(1)   Adanya kesamaan tanggung jawab
(2)   Adanya kesamaan tujuan

1.      Tujuan Hubungan Sekolah dengan Orang Tua Siswa
a)      Saling membantu dan saling isi mengisi, dengan memahami kekurangan dan kelemahan anak, guru, dan orang tua siswa bersama-sama membinanya.
b)      Bantuan uang dan barang, baik secara perorangan maupun melalui lembaga yang disebut BP3.
c)      Untuk mencegah perbuatan yang kurang baik.
d)     Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak, misalnya mengembangkan bakat anak, misalnya, mengembangkan bakat olahraga, musik, seni tari, seni lukis, dan sebagainya.
2.      Cara Menjalin Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Hal ini dapat dilakukan dengan
a)      Melalui Dewan Sekolah
Dewan sekolah adalah suatu lembaga yang perlu dibentuk dalam rangka pelaksanaan MBS Anggota dewan sekolah terdiri dari kepada sekolah, guru, beberapa tokoh masyarakat serta orang tua siswa yang meiliki potensi dan perhatian terhadap pendidikan.
b)      Melalui BP3, BP3 adalah organisasi orang tua siswa, yang bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan sekolah.
c)      Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan.
d)     Melalui ceramah ilmiah, yang membahas masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi siswa.

Dengan terjalinnya hubungan keluarga dengan sekolah, orangtua akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang perkembangan putra-putri mereka. Tentu saja, ini berarti sebagai orangtua juga mau meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan yang diselenggarakan sekolah. Dengan menghadirinya, tidak hanya mendapatkan informasi terbaru tentang anak, tetapi juga menunjukkan kepada anak bahwa orang tua  memperhatikan pendidikan mereka. Orang tua juga perlu mengenal orang tua teman-teman anak dan bukan hanya guru mereka. Bentuklah hubungan keluarga dengan sekolah yang harmonis dengan menyediakan orang tua untuk menjadi sukarelawan di sekolah. Orang tua dapat mentransfer keterampilan yang dimiliki kepada anak-anak di dalam kelas bergiliran dengan orangtua lainnya, tapi tidak hanya berhenti sampai disini saja. Keterlibatan orang tua juga sangat dibutuhkan anak ketika belajar dirumah. Melalui hubungan keluarga dengan sekolah yang baik, orang tua  dapat meminta keterangan dari sekolah tentang apa yang saat ini sedang dipelajari, serta cara maupun strategi apa yang dapat diterapkan untuk mendampingi anak mempelajari hal tersebut dengan lebih mendalam di rumah

b.      Hubungan Sekolah dengan Mayarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakatpun tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Dikatakan demikian karena keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi eksteren yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat menghendaki tenaga yang trampil dan demokratis. Individu seperti itu diharapkan datang dari sekolah. Karena itu, antara sekolah dan masyarakat mempunyai kesamaan tujuan.




1.      Tujuan Hubungan antara Sekolah dengan Masyarakat
Berdasarkan dimensi kepentingan sekolah, tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah :
(a)    Memelihara kelangsungan hidup sekolah
(b)   Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
(c)    Memperlancar kegiatan belajar mengajar
(d)   Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat

Berdasarkan dimensi kepentingan masyarakat, tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah :
(a)    Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(b)   Memperoleh masukan dari sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat
(c)    Menjamin relevasi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
(d)   Memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya
Di samping itu, hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk saling membantu serta mengisi dan menggalang bantuan keuangan, bangunan, dan barang.
2.      Bidang Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain dengan lewat bidang pendidikan kesenian, olahraga, dan ketrampilan serta pendidikan bagi anak berkelainan.

Ada beberapa kendala mendasar yang juga sangat berdampak pada keharmonisan hubungan tersebut sehingga hubungan antar sekolah dengan masyarakat menjadi tidak lancar. Kendalanya antara lain:

1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan dan juga pemahaman warga sekolah tentang apa dan bagaimana harusnya pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun.
2. Kurangnya komunikasi antara warga sekolah dan warga masyarakat, sehingga tercipta komunikasi satu arah antara sekolah dan warga masyarakat/ wali murid dan pada akhirnya sekolah tidak tahu keinginan masyrakatnya tetapi memaksakan keinginanannya pada masyarakat/ wali murid yang pada saat itu hanya terlibat pada aspek pembiayaan saja.Karena masyarakat hanya tahu dengan bantuan yang dimintakan sekolah dalam bentuk keunangan sehingga sering kali masyrakat marah.

Upaya-upaya penyelesaian kendala/ hambatan yang ada adalah sebagai berikut:

1. Sekolah harus memberikan informasi yang terpadu kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui seluruh program-program yang di adakan sekolah.
2. Hubungan sekolah dengan masyarakat harus dilakukan secara terus menerus, sehingga masyarakat tudak akan beranggapan bahawa mereka hanya dibutuhkan pada saat pembiayaan saja.
3. Setiap program yang diadakan oleh sekolah harus menyesuaikan karakteristik masyarakat dengan cara mengkonsultasikan dengan tokoh masyarakat.
Pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat yang baik akan memberikan manfaat lain seperti:
1.    Masyarakat/orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengerti dengan jelas tentang visi, misi, tujuan dan program kerja sekolah, kemajuan sekolah beserta masalah-masalah yang dihadapi sekolah  secara lengakap, jelas dan akurat.
2.       Masyarakat/orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengetahui persoalan-persolan yang dihadapi atau mungkin dihadapi sekolah dalam mencapai tujuan yang diinginkan sekolah. Dengan demikian mereka dapat melihat secara jelas dimana mereka dapat berpartisipasi untuk membantu sekolah.
3.         Sekolah akan mengenal secara mendalam latar belakang, keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap sekolah. Pengenalan harapan masyarakat dan orang tua murid terhadap sekolah, khususnya sekolah merupakan unsur penting guna menumbuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat. Apabila hal ini tercipta, maka sikap apatis, acuh tak acuh dan masa bodoh masyarakat akan hilang.



DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH REPRODUKSI KARYA ILMIAH

MAKALAH
REPRODUKSI KARYA ILMIAH









disusun oleh:
1.          Nurul Mei Amalia                   (4101412068)
2.          Irwan Fauzan Khakim                        (4101412191)
3.          Ajeng Rizki Rahmawati          (4201412026)



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kesalahan baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan kami terima dengan senang hati.

Terima kasih









Semarang, 18 September 2013


Penyusun


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Reproduksi karya ilmiah merupakan bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang telah ada. Bentuk reproduksi karya ilmiah antara lain: ringkasan, ikhtisar, sinopsis, dan resensi. Istilah ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yang sama. Pengertian yang sama juga ditemukan pada American Heritage Dictionary dan Merriam-Webster’s Ana Bridget Dictionary. Namun istilah ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis memiliki arti yang berbeda dalam dunia tulis-menulis. Ringkasan merupakan salah satu bentuk karangan ilmiah singkat yang berasal dari karangan ilmiah yang panjang. Ringkasan dibedakan dengan ikhtisar. Bila ringkasan disajikan dengan menggunakan bahasa pengarang asli, struktur penyajian, dan gaya bahasa mempertahankan yang asli. Maka ikhtisar menggunakan gaya bahasa, struktur penyajian, dan sudut pandang penulis ikhtisar. Sedangkan sinopsis merupakan ringkasan dan atau ikhtisar yang pada umumnya diterapkan untuk karya naratif, baik fiksi maupun non­-fiksi. Contohnya: sinopsis film, sinopsis novel, dan sinopsis drama. Adapun tujuan membuat ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis adalah memahami dan mengetahui isi buku/tulisan/cerita. Dalam membuat suatu ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Menentukan naskah yang akan dibuat ringkasan (Karya Ilmiah, Naratif);
2.    Membaca secara keseluruhan naskah asli untuk mencari gambaran umum;
3.    Rumuskan dan tentukan tema ringkasan;
4.    Cari ide-ide pokok yang tertuang dalam naskah asli;
5.    Cocokan sekali lagi ringkasan yang telah dibuat dengan naskah asli untuk menghindari bagian-bagian penting yang tertinggal.


B.     Tujuan
 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui perbedaan ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis.
2.      Mengetahui pengertian resensi
3.      Mengetahui hakikat tinjauan pustaka.
4.      Mengetahui hakikat kajian teori.
5.      Mengetahui hakikat  kerangka berpikir.

C.    Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang dan tujuan penulisan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa perbedaan ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis?
2.      Apa pengertian resensi?
3.      Apa hakikat tinjauan pustaka?
4.      Apa hakikat kajian teori?
5.      Apa hakikat kerangka berpikir?
          









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ringkasan, Ikhtisar, dan Sinopsis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ringkasan, ikhtisar, abstraksi, dan sinopsis memiliki arti yang sama.
Sinopsis n ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi. Ringkasan:hasil meringkas; ikhtisar; singkatan cerita, dll.
Ikhtisar: n pandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan.
Pengertian yang sama antara sinopsis, ringkasan, dan ikhtisar juga dapat dilihat pada American Haritage Dictionary dan Merriam-Webster’s Anabridged dictionary berikut:
·           American Haritage Dictionary
Syn·op·sis: A brief outline or general view, as of a subject or written work; an abstract or a summary. [Late Latin, from greek synopsis, general view: sun-, syn- + opsis, view; see ok w – below.]
·           Merriam-Webster’s Anabridged Dictionary
Main Entry:syn-op-sis
Etymologu: Late Latin, from greek, general view, estimate, synopsis, from synopsesthai to be going to have a general view, be going to comprehend (from syn- + opsesthai to be going to see) + -sis—more at OPTIC
1: a brief orderly outline affording a quick general view (of a treatise or narrative) : a condensed statement: ABSTRACT *synopsis of a scientific report* *synopsis of the week’s news*
2 a : abrief outline summarizing the action of a proposed screen play or television script b : a summary of completed film (as for cataloging in a film library)
3 : a conjugation by one person and number
Synonyms see ABRIDGMENT
Berdasarka penjelasan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, American Haritage Dictionary, dan Merriam Webster’s Anabridged Dictionary sinopsis, ringkasan, dan ikhtisar memiliki makna yang sama dan dapat dipertukarkan penggunaannya. Namun, dalam penggunaan di dalam dunia tulis-menulis, ketiga istilah itu dibedakan.
Ringkasasn(percis) merupakan salah satu bentuk karangan ilmiah singkat yang berasal dari karangan ilmiah yang panjang. Ringkasan merupakan suatu keterampilan mengadakan reproduksi dari karya ilmiah yang sudah ada. Ringkasan sebagai hasil meringkas harus sama dengan karangan aslinya sehingga struktur dan kelengkapan unsur rigkasan harus sama dengan karangan aslinya.
Ringakasan dibedakan dengan ikhtisar. Ringkasan disajikan dengan menggunakan bahasa pengarang asli,struktur penyajian, dan gaya bahasa mempertahankan yang asli, ikhtisar menggunakan gaya bahasa, struktur pen, struktur penajian, sudut pandang penulis ikhtisar. Penulis ringkasan harus meyajikan semua bagian karangan asli dengn serba singkat sedngkan penulis ikhtisar dapat memilih pokok-pokok yang dianggap penting untuk disjikan dalam ikhtisar. Bagian-bagian yang dianggap kurang penting atau kurang menunjang dapat ditinggalkan.
Sinopsis merupakan ringkasan dan atau ikhtisar yang pada umumnya diterapkan untuk karya naratif, baik fiksi maupun nonfiksi. Dalam media massa sering ditemukakn sinopsis film, sinopsis novel, maupun sinopsis drama. Dalam Merrian Webster’s pengrtian kedua dari syn-op-sis adapun, abstrksi sering digunakan pada laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi untuk maksud yang sma dengan ringkaasan.
Tujuan membuat ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi buku, tulisan, atau cerita. Latihan-latihan untuk mencapai tujuan tersebut dimulai dengan membaca karangan/cerita dengn cermat serta munuliskan kembali dengan tepat. Seseoran tidak akan membuat sinopsis, ringkasan, dan ikhtisar dengan baik jika tidak dapat membaca dan memahami karang dengan baik. Peringkas harus dapat membedakan gagasan-gagasn utama dengan gagasan-gagasan pengembang.
Langkah-langkah membut sinopsis, ringkasan, dan ikhtiasar adalah sebagai berikut :
1.    Pilih naskah (karya ilmiah, naratif) yang sesuai dengan bidang keahlian yang diminati.
2.    Bacalah naskah asli, kalau perlu diulang beberapa kali untuk mendapatkan gambaran umum isi dan struktur (karya ilmiah) serta alur cerita (naratif).
3.    Rumuskan dan catat tema (karya ilmiah, naratif).
4.    Sambil membaca ulang, catatlah judul, subjudul, topik, dan pikiran pokok secara sistematis. Untuk naratif, catat pokok-pokok kejadian yang merupakan inti alur sehingga ditemukan struktur naratif (alur cerita).
5.    Cocokkan catatan dengan naskah asli untuk menemukan bagian-bagian karay ilmiah atau naratif yang belum terekam dalam catatan. Lengkapi jika diperlukan.
6.    a. Ringkasan
Susunlah draf ringkasan berdasrkan catatan pada langkah ke-4 dengan tetap mrnggunakan sistematika dan sudut pandang yang digunakan pada naskah asli.
b. Ikhtisar
Pilihlah pokok-pokok isi berdasrkan pada langkah ke-4 sesuai dengan kebutuhan, kemudian susunlah draf ikhtisar dengan menggunakan gaya bahasa, sudut pandang, dan sistematika sendiri.
c. Sinopsis
Urutkan pokok-pokok kejadian dari awal sampai akhir sehingga terbentuk alur cerita.





7.      a. Ringkasan
Cocokkan draf dengan naskah asli untuk mengetahui apakah pokok-pokok isi draf dan sistematika sudah sama dengan naskah asli atau belum, jika belum lakukan penyempurnaan.
b. Ikhtisar
Cocokkan draf dengan pokok-pokok bahasan yang telah dipilih pada langkah ke-6b, cek pola penyajian menarik atau belum,lakkan penyrmpurnaan bila diperlukan.
c. Sinopsis
Cocokkan ringkasn alur cerita dengan cerita aslinya. Usahakan unsur-unsur dramatik (kejadian yang menarik, mrmikat) masih tetap muncul.
8.      Cek jumlah kata/halaman draf ringkasan/ikhtisar/sinopsis apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum, jika terlalu singkat-- lakukan pengembangan, bila terlalu panjang-lakukan penyingkatan.
9.      Periksa penggunaan bahasa (kalimat harus efektif, lebih baik menggunakan kalimat tunggal, kohesi dan koherensi paragraf, penggunaan EYD, kaidah tata-tulis). Bila perlu lakukan koreksi dengan teman sejawat atau meminta komentar guru.
10.  Tulis kembali draf ringkasan/ikhtisar dengan rapi sesuai dengan format yang dimianta.
Text Box: SISTEMATIKA RINGKASAN/IKHTISAR/SINOPSIS
A. IDENTITAS KARYA
Jenis karya : ...................................................
Judul karya : ...................................................
Penulis  : ...................................................
Tahun terbit : ...................................................
Penerbit : ...................................................
Ketebalan : ...................................................

B. RINGKASAN/IKHTISAR/SINOPSIS
.................................................
.................................................
...........................................................................................................
 











B.     Resensi
Jenis tulisan yang memiliki hubungan dengan ringkasan ikhtisar adalah resensi. Resensi adalah suatu ulasan mengenai nilai sebuah karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuaah buku atau karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Seorang resensi bertolak dari tujuan untuk membantu para pembaca menentukan perlu tidaknya sebuah buku/karya sastra dibaca. Penulis resensi juga harus mempertimbangkan kemungkinan selera membaca. Karena pertimbangan penulis resensi juga harus mempertimbangkan kemungkinan selera membaca, maka sebuah resensi yang dibuat disuatu majalah tertentu mungkin tidak sama dengan resensi pada majalah lain. Ada buku yang cocok dibaca oleh anak muda, ada pula yang cocok untuk orang tua. Jenis kelamin dan tingkat pendidikan juga dapat menentukan selera pembaca.
Untuk memberi pertimbangan atau penilaian secara objektif atas sebuah buku/karya sastra, penulis resensi harus mempertimbangkan dua faktor. Pertama, penulis resensi harus memahami benar tujuan pengarang asli. Kedua, presensi harus menyadari sepenuhnya apa maksud pembuat resensi itu. Tujuan pengarang buku dapat diketahui dengan membaca kata pengantar atau bagian pendahuluan buku. Dengan melihat tujuan dan apa yang dipaparkan dalam buku, penulis resensi akan dapat menilai apakah dengan teks tersebut tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan baik atau belum. Singkatnya, presensi harus memperhatikan kewajiban mana yang harus dipenuhi dalam membuat resensi itu, yaitu kewajibannya terhadap para pembaca dan bagaimana penilaiannya atas buku tersebut.
Pokok-pokok penilaian atau sasaran resensi buku/karya sastra adalah sebagai berikut.
1.        Latar belakang
Penulis resensi perlu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca akan latar belakang buku/karya sastra yang mencakup tema, tujuan penulisan, dan deskripsi singkat mengenai buku/karya sastra yang akan diresensi. Deskripsi dapat berupa gambaran isi singkat (abstraksi, ringkasan, ikhtisar, sinopsis) dan dapat pula mengenai latar belakang penerbitan dan identitas fisik/karya sastra. Dengan demikian sebelum disajikan analisis dan penilaian buku/karya sastra, pembaca mengetahui serba sedikit mengenai buku tersebut.
2.        Jenis buku/karya
Pembaca pada umumnya ingin mengetahui sesuatu bila sebuah buku//karya sastra baru diterbitkan. Peresensi perl menunjukkan bukku/karya sastra baru tersebut masuk golongan buku/karya sastra yang mana berdasarkan klasifikasi bidang ilmu. Peresensi perlu pula menunjukkan perbedaan dan persamaannya dengan buku lain yang sebidang. Dengan demikian pembaca akan melihat semua sisi dan secaralebiih konkret  memberikan penilaian. Dengan mengadakan perbandingan itu diharapkan pembaca akan lebih tertarik utnuk mengatahui isis buku secara keseluruhan.
3.        Keunggulan buku/karya sastra
Faktor lain yang digunakan untuk memberi evaluasi adalah segi menarik dari buku/karya sastra yang diresensi. Buku yang menulis bidang yang sama dapat berbeda yang menyebabkan perbedaan nilai dan keunggulan buku. Hal pertama yang harus diperhatikan untuk melihat keunggulan buku/karya sastra adalah segi organisasi isi. Organisasi iini menyangkut hubungan antar satu bagian dengan bagian lain, penekanan bagian-bagian isi, sistematika isi, dan lainnya. Segi keunggulan yang lain adalah penggunaan bahasa. Sebaik apapun isi buku/karya sastra bila disajikan dengan menggunakan bahasa yang tidak berkualitas, berbelit-belit dan kaku akan mengaburkan isi. Berbeda jika bahasa yang digunakan sederhana, jelas, teratur, taat asas, indah dan ekspresif (untuk karya sastra) akan mempermudah pembaca dalam memahami isi buku. Hal lain yang dapat dilihat untuk menentukan keunggulan buku/karya adalah teknik penyajian., pencetakkan, penjilidan, dan lay out. Kesalahan dalam pencetakkan bisa merusak struktur isi dan kecantikan buku/karya sastra.
Seorang peresensi buku harus dapar menunjukkan keunggulan dengan memberikan penilaian langsung, dengan memberikan kutipan-kutipan yang tepat dan menunjukkan pertalian yang kompak antar bagian buku. Menilai sebuah buku/karya sastra berarti memberi saran kepada pembaca untuk menerima atau menolak kehadiran buku/karya sastra itu. Peresensi buku/karya sastra harus dapat menunjukkan keunggulan dan kelemahan buku/karya sastra secara jujur dan objektif.
4.        Nilai buku/karya sastra
Mengkritik berarti memberikan pertimbangan, menilai, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dengan penuh tanggung jawab. Tugas pokok peresensi adalah memberikan sugesti kepada para pembaca apakah sebuah buku/karya sastra patut dibaca/ditonton atau tidak. Ia harus melukiskan dasar-dasar dari pendapatnya itu dan kriteria-kriteria yang digunakan. Keempat sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa, dan teknik penyajian) tidak dapat diterapkan secara mekanis. Sering suatu unsur mendapat penekanan lebih dari unsur lain. Penulis resensi mungkin mengubah urutan yang kurang dipentingkan diulas secara singkat. Nilai sebuah buku akan lebih kelihatan jika dibandingkan buku-buku lain yang sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang yang sama atau pengarang lain.

C.    Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian atau karya ilmiah tidak berangkat dari kekosongan, tetapi didasarkan atas hasil-hasil penelitian atau kajian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain, hasil penelitian atau kajian sebelumnya dijadikan landasan dalam menentukan topik, permasalahan, arah, dan tujuan penelitian atau kajian. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang.
Penulis sebelum melakukan penelitian atau kajian, bahkan sebelum menentukan permasalahan atau topik kajian perlu melakukan tinjauan pustaka terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menentukan kedudukan hasil penelitian atau kajian terhadap kajian yang lain yang telah dilakukan sebelumnya. Tanpa melakukan tinjauan pustaka, penulis bisa tidak dapat melihat bobot dan nilai strategis hasil penelitian atau kajian yang dilakukannya. Penulis akan terjebak pada pandangan sempit. Bisa jadi ia mengira bahwa penalitiannya atau kajiannya merupakan hal yang baru tanpa ia ketahui bahwa penelitian atau kajiannya sebenarnya sudah pernah diteliti atau dikaji oleh orang lain. Kalau hasil penelitian atau kajiannya lebih baik dan lengkap barangkali masih bisa bermanfaat sebagai penyempurna penelitian atau kajian sebelumnya. Namun bila hasil penelitian atau kajiannya ternyata lebih dangkal dari penelitian sebelumnya., hasil penelitian tersebuta menjadi tidak berarti.
Dengan melakukan tinjauan pustaka sebelum melakukan penelitian atau kajian, penulis bisa menentukan permasalahan atau topik yang lebih baik dan bermakna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis bisa meletakkan penelitian atau kajiannya sebagai penyempurna, pelengkap, pengembangan, pembanding, atau uji ulang terhadap penelitian atau kajian yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan dalam membuat tinjauan pustaka adalah sebagai berikut.
1.        Menentukan tema, topik, permasalahan, atau tujuan penelitian/kajian.
2.        Mencari hasil-hasil penelitian atau kajian yang memiliki kesamaan tea dengan tema yang telah dipilih, baik yang berupa laporan penelitian, artikel, makalah, atau hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk buku.
3.        Mengurutkan hasil-hasil penelitian atau kajian tersebut berdasarkan urutan waktu penelitian atau penerbitan.
4.        Mengkaji masing-masing hasil penelitian/kajian berdasarkan urutan waktu untuk melihat alur perkembangan kelimuan.
5.        Membandingkan masing-masing hasil penelitian atau kajian dengan penelitian atau kajian yang akan dilakukan untuk menemukan persamaan dan perbedaannya.
6.        Menentukan kedudukan penelitian atau kajian yang akan dilakukan terhadap penelitian atau kajian lain yang telah dilakukan sebelumnya.

D.    Kajian Teori
Kajian teori sering disamakan dengan landasan teori. Kedua hal tersebut pada hakikatnya hanya merupakan perbedaan istilah namun dalam kenyatannya memiliki persamaan fungsi. Kajian teori mengacu pada proses melakukan kajian terhadap satu atau beberapa teori atau beberapa teori. Hasil kajin tersebut selanjutnya dijadikan landasan teoritis sebuah penelitian atau kajian. Landasan teoritis lebih banyak mengacu pada hasil sebuah kajiann teori atau sebuah teori yang dijadikan sebuah landasan penelitian  atau kajian. Kajian teori tidak lengkap bila tidak sampai pada simpulan hasil kajian yang akan dijadikan landasan teoritis. Demikian juga, landasan teoritis telah ditetapkan setelah melalui prosespengkajian terhadap teori. Dengan demikian, kajian teori dan landasan teoritis hanya merupakan perbedaan istilah dan sudut pandang terhadap sebuah proses dan hasil kajian teori.
Landasan teoritis yang dihasilkan dari proses pengkajian terhadap teori dijjadikan “pisau bedah” dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Landasan teoritis dapat bermakna sebagai landasan berpikir ilmiah dan pedoman kerja, baik dalam menjaring data penelitian maupun menganalisis data penelitian. Landasan teoritis harus sesuai dengan permasalahn dan tujuan penelitian serta variabel atau vokus penelitian. Selain itu, landasan teoritis mestinya juga tercermin dalam instrumen penelitian (kartu data, alat tes) serta langkah-langkah analisis data.

Landasan  teoriis disusun dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Menentukan teori yang sesuai dengan permasalahn atau tujuan  penelitian
2.      Mencari referensi buku, artikel, makalah yang membahas teori atau topik yang bersangkutan. Semakin banyak referensi semakin baik. Referensi diutamakan  dari sumber utama berupa buku atau artikel ilmiah yang terbaru.
3.         Mengurutkan referensi berdasarkan tahun terbitnya  untuk mengetahui alur perkembangan teori tersebut. Referensi yang paling tua dijadikan sumber utama selanjutnya referensi-referensi yang lain merupakan pelengkap dan penyempurna.
4.      Mengkaji masing-masing referensi untuki menemukan keunggulan dan kelemahannya.
5.      Membahas, mempertimbangkan, dan membandingkan antara referensi satu dengan referensi lain untuk mencari benang merah yang saling memperkokoh.
6.      Merumuskan kembali berdasarkan hasil kajian masing-masing teori. Hasil rumusan dapat mengokohkan pendapat salah satu sumber, dapat menggabungkan dua atau beberapa sumber, dan dapat pula menyusun rumusan baru berdasarkan tinjauan kritis berbagai sumber.  Hasil rumusan tersebut dijadikan sebagai landasan teoritis dalam melakukan penelitian atau kajian.

E.     Kerangka Berpikir
Kajian berpikir merupakan sebuah bagan atau alur kerja dalam memecahkan permasalahan penelitian. Kerangka kerja tersebut dimulai dari permasalahan sampai pencapaian tujuan. Dalam alur kerja tersebut hendaknya terlihat kedudukan dan fungsi landasan teoritis serta langkah-langkah penelitian.
Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapatterindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukansebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulanyang memunculkan keyakinan .
Harus diingat kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting karena kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula. Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir tersebut.

Hasil dari kerangka berfikir, meliputi :
1.Perumusan masalah.
2.Latar belakang masalah
3.Pendekatan terhadap masalah.
4.Cara mengatasi masalah.
5.Langkah - langkah yang ditempuh dalam mengatasi masalah.
6.Hipotesa diajukan jika sudah ditetapkan akar masalah dan cara pengatasan masalah.
7.Desain penelitian : metode dan cara pengumpulan data yang akan dilakukan untuk mendukung hepotesa yang diajukan.
8.Teknik pengolahan data disesuaikan dengan pendekatan yang dilakukan.
9.Penarikan kesimpulan harus tetap konsisten dengan apa yang tertera / tercantum dalamdata, inkonsistensi penarikan kesimpulan akan menghasilkan antithesa alias "penelitian amburadul".
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungandengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 1992).Kerangka berfikir harus menjelaskan pertautan secara teoritis antar variable yang akan diteliti.Jadi harus dijelaskan hubungan antara variable independent dan variable dependen, dan jika adakedudukan variable moderator dan intervening dalam penelitian.Kerangka berfikir perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variableatau lebih.Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran dapat meyakinkan sesama ilmuwan adalahalur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkankesimpulan berupa hipotesis.
Kerangka berfikir yang baik
adalah:
1.Variabel-variabel yang diteliti harus jelas
2.Diskusi dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan antar variabelyang diteliti dan teori yang mendasari
3.Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar  variabel itu positif atau negative, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbale balik)
4.Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian), sehingga mudah dipahami.



BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari pembahasan, maka dapat disimpulkan :
1.      Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif , sari karangan tanpa hiasan, ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Sedangkan Rangkuman adalah ekstrak dari suatu tulisan, berita atau sesuatu pembahasan, sehingga bisa menyimpulkan dengan singkat suatu tulisan, berita atau pembahasan tersebut. Dan ikhtisar pada dasarnya sama dengan ringkasan dilihat dari tujuannya, keduanya mengambil betuk kecil dari suatu karangan panjang. Perbedaannya ikhtisar tidak mempertahankan urutan gagasan yang membangun karangan itu, terserah pada pembuat ikhtisar.
2.      Resensi adalah suatu ulasan mengenai nilai sebuah karya atau buku. Resensi bertujuan menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuaah buku atau karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak
3.      Tinjauan Pustaka adalah
4.      Kajian Teori adalah
5.      Kerangka berpikir adalah








DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2010. Bahasa Indonesia. Semarang :
            Universitas Negeri Semarang Press

(diakses 17 September 2013)